Ritual ambengan dilakukan secara sederhana. Selepas shalat Idul Fithri, warga kampung berbondong berkumpul di masjid. Ritual berisi doa bersama yang dipimpin oleh pemuka agama setempat. Doa bertujuan untuk "ngirim" atau mendoakan leluhur warga. Doa dikemas dalam tahlil bersama.
Setelah pembacaan doa, ritual dilanjutkan dengan menikmati sajian yang dibawa oleh setiap keluarga. Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun turut serta menikmati sajian makanan dalam ambeng. Makanan disajikan secara acak, sehingga orang akan mendapatkan makanan yang dibawa oleh keluarga lain. Karena jumlah makanan yang berlipat, seusai menikmati makanan secukupnya, warga akan membawa pulang bungkusan nasi dan lauk-pauk untuk keluarga lain di rumah. Nah, biasanya dibutuhkan keahlian untuk membungkus nasi menggunakan daun pisang. Tak jarang banyak anak muda yang kebingungan membungkus nasi menggunakan daun pisang. Maklum, lebih biasa menggunakan bungkus plastik atau tempat nasi yang instan.
Tradisi ambengan menjadi ekspresi budaya yang unik di tengah terpaan budaya massa. Kreasi kebudayaan ini mempertemukan antar generasi dan latar belakang ekonomi masyarakat dalam situasi yang egaliter. Mau mencoba? silakan menikmati shalat Idul Fitri di Blitar, Anda akan menemukan tradisi ini.