Idul fitri selalu meriah di pelbagai masjid di Blitar,Jawa Timur. Penutup Ramadhan di daerah ini tidak hanya dirayakan dengan shalat idul fitri, tetapi juga dimeriahkan tradisi yang sering disebut ambengan. Ambengan berasal dari kata ambang (Jawa) yang berarti sajian makanan lengkap terdiri dari nasi dan lauk pauk. Ambeng disedikan untuk menyuguhi tamu tu orang yang diundnng dalam upacara syukuran.
Ambengan adalah sebutan untuk prosesi syukuran kampung setelah shalat Idul Fitri. Syukuran ini tepatnya disebut dengan syukuran kampung. Penamaan tradisi ambengan dilakukan mengingat ambeng yang disajikan oleh warga dalam kegiatan tersebut.Setiap keluarga yang mampu dinjurkan untuk membawa maknan ala kadarnya ke masjid untuk dinikmati bersama selesai proses doa bersama.
Ritual ambengan dilakukan secara sederhana. Selepas shalat Idul Fithri, warga kampung berbondong berkumpul di masjid. Ritual berisi doa bersama yang dipimpin oleh pemuka agama setempat. Doa bertujuan untuk "ngirim" atau mendoakan leluhur warga. Doa dikemas dalam tahlil bersama.
Setelah pembacaan doa, ritual dilanjutkan dengan menikmati sajian yang dibawa oleh setiap keluarga. Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun turut serta menikmati sajian makanan dalam ambeng. Makanan disajikan secara acak, sehingga orang akan mendapatkan makanan yang dibawa oleh keluarga lain. Karena jumlah makanan yang berlipat, seusai menikmati makanan secukupnya, warga akan membawa pulang bungkusan nasi dan lauk-pauk untuk keluarga lain di rumah. Nah, biasanya dibutuhkan keahlian untuk membungkus nasi menggunakan daun pisang. Tak jarang banyak anak muda yang kebingungan membungkus nasi menggunakan daun pisang. Maklum, lebih biasa menggunakan bungkus plastik atau tempat nasi yang instan.
Tradisi ambengan menjadi ekspresi budaya yang unik di tengah terpaan budaya massa. Kreasi kebudayaan ini mempertemukan antar generasi dan latar belakang ekonomi masyarakat dalam situasi yang egaliter. Mau mencoba? silakan menikmati shalat Idul Fitri di Blitar, Anda akan menemukan tradisi ini.
Ritual ambengan dilakukan secara sederhana. Selepas shalat Idul Fithri, warga kampung berbondong berkumpul di masjid. Ritual berisi doa bersama yang dipimpin oleh pemuka agama setempat. Doa bertujuan untuk "ngirim" atau mendoakan leluhur warga. Doa dikemas dalam tahlil bersama.
Setelah pembacaan doa, ritual dilanjutkan dengan menikmati sajian yang dibawa oleh setiap keluarga. Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun turut serta menikmati sajian makanan dalam ambeng. Makanan disajikan secara acak, sehingga orang akan mendapatkan makanan yang dibawa oleh keluarga lain. Karena jumlah makanan yang berlipat, seusai menikmati makanan secukupnya, warga akan membawa pulang bungkusan nasi dan lauk-pauk untuk keluarga lain di rumah. Nah, biasanya dibutuhkan keahlian untuk membungkus nasi menggunakan daun pisang. Tak jarang banyak anak muda yang kebingungan membungkus nasi menggunakan daun pisang. Maklum, lebih biasa menggunakan bungkus plastik atau tempat nasi yang instan.
Tradisi ambengan menjadi ekspresi budaya yang unik di tengah terpaan budaya massa. Kreasi kebudayaan ini mempertemukan antar generasi dan latar belakang ekonomi masyarakat dalam situasi yang egaliter. Mau mencoba? silakan menikmati shalat Idul Fitri di Blitar, Anda akan menemukan tradisi ini.
0 comments:
Post a Comment