Penamaan Lawang Sewu ditengarai disebabkan oleh banyaknya pintu yang tersedia di gedung ini. Mungkin tak ada yang pernah menghitung satu-persatu jumlah pintu di bangunan tua ini. Hanya saja, jika diperhatikan sekilas gedung ini memang memiliki lawang (Jawa: Pintu) yang berjumlah cukup banyak. Wajar kiranya jika gedung ini dinamakan Lawang Sewu.
Lawang Sewu adalah salah satu gedung bersejarah peninggalan Belanda yang kini dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). Gedung ini digunakan sebagai salah satu museum kereta api. Meski tidak banyak menyajikan beberapa tinggalan yang terkait dengan kereta api, namun museum Lawang Sewu cukup menunjukkan bagaimana arsitektur yang baik di tengah kota.
Arsitektur Lawang Sewu sangatlah menarik untuk diperhatikan. Di bagian bawah gedung ini terdapat tempat penampungan air yang berfungsi sebagai pendingin gedung. Maklum, pada saat itu tidak ada pendingin ruangan atau air conditioner (AC). Aliran air ini terhubung dengan parit yang sengaja dibangun untuk mendukung keberadaan gedung ini. Desain gedung memungkinkan adanya penambahan dan pengurangan air sesuai kebutuhan. Dengan begitu, suhu gedung akan selalu terjaga meski dalam kondisi terik.
Lawang Sewu tidak hanya pernah menjadi gedung administrasi perkeretaapian, tetapi juga menjadi gedung administrasi pemerintaan. Di beberapa pojok lokasi, terdapat beberapa gedung yang digunakan sebagai tempat kediaman gubernur atau petinggi Belanda saat itu. Beberapa bagian gedung dipergunakan untuk kegiatan administrasi pemerintahan.
Saat ini Lawang Sewu hanya difungsikan sebagai gedung bersejarah. Dengan merogoh beberapa ribu rupiah untuk masuk dan ditemani oleh pendamping wisata, Anda telah bisa berkeliling gedung tua ini. Tidak perlu takut, pada malam hari pun banyak pengunjung yang mendatangi tempat ini. Untuk menjangkaunya pun cukup mudah karena tepat berada di jantung Kota Semarang.